Seribu
Miris berbaris
Lunglai kelaparan
Menunggu dedaunan gugur
Getar - getir merayu bumi
Peluh membasahi kalbu
Sepekat riak malam
Tapi di jembatan bunga singgah
Membawa sekeranjang buah - buah segar
Berulat namun manis
Menggoda...
Sampai camar - camar berlalu ke pantai
Di ambang petang
Meledak,
Bersimbah air merah,
Menyeruak bau amis,
Serdadu telah berperang
7 komentar:
nice poetry,....
keknya ina muzti belajar nie ma kakag :D
it's over.... kakak juga mesti banyak belajar,,, kita berbagi ilmu aja kalo gitu ya,? thanks commentnya,,,
saat asa bertumpu harapan
saat kesombongan berlalu tanpa kata
dan saat hati mulai berkata,kemanakah kebenaran itu??
kuhanya mampu kokang senjata tanpa mampu berucap dalan kukungan aturan yang baku.
terjerembab tanpa ada yang mau tahu berapa janda menangis di hadapan jasad yang terbujur kaku...
nice posting sobat
mantab lebih semangat lagi ya,salam kenal
wew... master puisi atau nyambi bikin puisi nie... hehe... lam kenal...
Ini bukan apa-apa, tp apresiasi yang sangat mengejutkan...
Semoga inspirasi jd lebih mengalir,thanks komentarnya,,,,
Membalas berjabat tangan dari sahabat baru,,
Posting Komentar