tag:blogger.com,1999:blog-50735630465331705962024-03-19T01:52:27.134-07:00Rengekan PemimpiDari bibir ada kata, dari kata ada bahasa...Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.comBlogger17125tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-21377093689195962222012-03-30T20:05:00.000-07:002012-03-29T07:03:56.396-07:00Aku ingin memulai semuanya dengan satu tarikan nafas<br />Ku buka ruang - ruang hatiku saat kusambut para tamu dari alam<br />Senyum dedaunan dan ranting<br />Desir angin yang merdunya menggairahkan<br /><br />Aku benar - benar rindu pada mereka<br /><br />Aku ingin memulai semuanya dengan gelenyar kebahagiaan<br />Menoreh cinta biru dalam iman yang telah lama usang<br /><br />Akan kubangun pilar - pilar di kalbuku<br />Hingga suatu hari nanti<br />Aku akan berdiri sendiriCitrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-27968853089543713282011-02-09T22:20:00.002-08:002012-03-29T06:05:37.846-07:00Bisnis Online tanpa modal (cuma modal klik)Banyak Masyarakat yang menilai bahwa bisnis online di internet itu tidak nyata. Tidak sedikit rekan - rekan Netter yang tertipu dengan iming - iming bisnis online yang menjanjikan penghasilan jutaan sampai milyaran rupiah hanya dalam waku yang singkat. Sangat mustahil memang jika kita pelajari dengan seksama. Namun apa sebenarnya bisnis online itu? Bagaimana cara menjalankannya dan bagaimana agar kita tidak sampai tertipu ?<br /><br /><br />Sesuai dengan namanya, Bisnis Online adalah sebuah bisnis yang dijalankan secara online atau melalui jaringan internet. Kini telah banyak bisnis Online yang beredar di internet, mulai dari PTC (Paid to Click), PPC (Paid per Click), Bisnis Investasi, Program Affiliasi, MLM Online. sampai menjadi Reseller produk yang dijual orang lain di Internet. Kamu bisa memilih salah satunya, contoh yang paling simple dan tidak membutuhkan modal serta keahlian khusus adalah mengikuti program PTC (Paid to Click). PTC adalah sebuah Website yang membayar membernya dengan cara mengklik iklan yang tersedia di Website tersebut. Tarifnya sendiri bermacam- macam, mulai dari Rp. 100,- / klik sampai Rp. 500,- / klik, tergantung dari PTC yang kamu ikuti. Biasanya member mengupgrade posisinya menjadi member premium untuk mendapatkan penghasilan yang lebih banyak atau bisa juga dengan mencari refferal sebanyak - banyaknya. Dengan begitu komisi yang didapatkan pun semakin bertambah.<br /><br />Perhitungan penghasilan mengikuti program PTC (Paid to Click) :<br />jika tarif periklan Rp. 100,- / klik<br />10 iklan perhari x Rp. 100,- = Rp. 1.000,-<br />1 orang refferal 10 x Rp. 50,- = Rp. 500,-<br />Rp. 1.500 x 30 hari : Rp 45.000,- / bulan<br />(perhitungan mengikuti 1 PTC, 1 orang Refferal dengan tarif iklan standard)<br />Jika kamu mengikuti 10 PTC maka :<br />Rp. 45.000 x 10 = <span style="font-weight: bold;">Rp. 450.000 perbulan</span><br /><br />Lumayan kan buat uang jajan, itu baru perhitungan 10 PTC saja, sedangkan sekarang ada ribuan PTC Lokal di Indonesia dengan tarif yang beragam yang bisa kamu ikuti. Namun hati - hati dengan PTC yang dinyatakan Scam (PTC yang terbukti tidak membayar membernya)<br /><br />Berikut adalah daftar PTC terpercaya yang bisa kamu ikuti :<br /><br /><br />Lalu jika Kamu memiliki Blog atau website sendiri kamu juga bisa menghasilkan uang dari blog atau website kamu tersebut. Caranya dengan mengikuti program PPC (paid per Click)<br /><div class="fullpost"> </div>Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-48326395458219629012010-12-20T01:26:00.003-08:002012-03-29T06:05:53.622-07:00Bersama Indah Lembayung yang menudungi hati<br />Ditawarkan kesegaran dari kejernihan pribadi<br />Dirimu,<br />Yang Aku kagumi...<br /><br />Bersama kepenatan yang mengikat sanubari<br />Direbahkan tempat sandar nan nyaman menenangkan<br />Senyumu<br />yang menghangatkan...<br /><br /><div class="fullpost"><br /><br />Sepintas...<br />Nafas membekas..<br />Menorehkan sebuah kata yang membuat Aku tersipu..<br />"Rindu"<br /><br />Sekilas...<br />Remah ragu meranggas...<br />Merangkum bait - bait semilir angin yang besenadung tentang "Kita"<br />"Cinta"<br /></div>Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-56055613796494331452010-11-14T20:20:00.002-08:002012-03-29T06:33:10.823-07:00Putik yang ingin kembangHingga berlalu ke akhir musim<br />Kumbang tak kunjung hadir<br />menengadah ke titik mendelik di cakrawala<br />diri sendiri di padang nan suram<br /><br />Ilalang telah membenarkan bahasa bumi<br />yang sebenarnya berkata<br />"bergoyanglah engkau untuk merayu alam, jangan penat sentak kalbumu"<br />Diri makin merunduk, melihat ilalang tegar melenggang<br /><br />Sedang...<br />Semakin dalam sedih perih menyulut dedaunan-ku<br />Semakin pedas dirasa sengatan surya hingga ke lubuk akarku<div>Aku merawat kegalauan tak henti-henti</div><div>Tak tahu bagaimana berhenti</div><div>Tak ada petunjuk bagaimana ku usir pergi...</div><div><br /><div><br /></div></div>Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-12835076722341985182010-04-09T01:11:00.002-07:002012-03-29T06:43:29.277-07:00Sebilah WaktuLalu untuk apa lagi diri ini hidup ?<br />Bila sampai kata tak terucap<br />Sampai tangan tak terulur<br />Sampai kaki tak terpijak<br /><br />Biarlah desah durja ini direbah<br />Tuk apalah Ia tegak<br />sepi beriring geliat duka<br />yang mengalir dari renyai pelupuk keriput<br /><br />dan memang telah datang gelenyar dingin mengiris<br />seloroh masa yang tertunda berabad - abad<br />cerita tentang kelana dua hamba<br />merekalah kita..<br /><br />dan memang telah datang pekik getir memetir<br />menyambar rindu pekat yang menyentak ulu hati<br />saat menyusun bait - bait epilog tanpa makna<br />sekelebat disibak, tampaklah wajah kita..<br /><br />Tapi bukankah malam memang belum datang bertandang ?<br />Mengapa gelapnya menetak lekatnya sesak ?<br />memasung kata 'rindu' di ujung lidahku<br />menyairkan sajak pilu di depan nisanmu<br /><br />Kita tinggal mengurai dengki kawan<br />Melihat kumbang yang dapat bercumbu dengan 'si kembang'<br />Melihat hujan yang dapat memeluk 'sang bumi'<br />Menghitung prakata yang terucap dari bibir takdir<br />Hingga nafas kita terhalang dinding waktu<br />Lalu geramnya membuat ragamu membatu<br /><br />Saat kawan...<br />Di akhir petang ketika ku telan sisa pias senja<br />Di ujung fajar ketika ku raih kabut tebal<br /><br />Di sana kau biarkan gerikkmu tertinggal<br />senyummu membekas<br />tawamu tergema<br /><br />Di sana pula kau bicara<br /><br />"Sekarang hanya tinggal sebilah waktu<br />Untukmu..."Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-40056643550240056732010-02-02T17:24:00.005-08:002012-03-29T06:44:51.060-07:00SandiwaraSendu kala itu<br />Berlatar tirai lusuh, kumal<br />Berlampu usang temaram<br />Kertas - kertas naskah<br />di genggamanmu;<br /><br />Kau ciptakan sedih<br />Kau ciptakan tawa<br />Kau ciptakan murka;<br />Tak ada kata - kata<br />Dialog cerita<br />Hanya mimik yang bicara<br />Semaunya...<br /><br />Di atas panggung itu<br />Berlakon...<br /><br />Tidak menunggu tepuk riuh<br />Atau air mata penonton<br />Atau gempita suasana<br /><br />Kau hanya menunggu lampu padam<br />Tanda cerita telah usai<br />Keinginanmu...Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-44283725392124112592009-10-26T02:56:00.001-07:002012-03-29T06:04:30.593-07:00Perbincangan Terakhir"Selamat pagi teratai putih, Kau masih tergenang muram"<br /><div style="text-align: justify;"> "Selamat pagi dahan pohon, daun - daun mu gugur tanpa kesan"<br />Di tepi sungai jernih yang sepi, sunyi. Bayi - bayi burung menangis di batang - batang meranti, nyaris tenggelam bisikan angin dari Timur ke Barat atau dari Utara ke Selatan. Cerah, segar, bergairah.<br /> "Aku pilu..." Kelopak teratai gemetar<br /> "Aku rindu..." Dahan berderak<br /> "Telah ku titipkan pedihnya lewat rerumputan di sekitar kita"<br /> "Tapi telah ku siarkan pula ke seluruh penjuru. Melalui pegunungan, air terjun , kebun - kebun, bukit barisan, para pengembara, para pemburu, para pendaki, sampai ikan - ikan kecil, kepiting dan lumba - lumba tahukah Kau?"<br /> "Aku tahu" Kata teratai pelan.<br /> "Tidak, tidak. Tetes embun telah membasahi tubuh kita pagi ini. Jangan tambah lagi dengan air mata mu"<br />Teratai menepi menjauhi riak air. Pagi mulai berlari, siang hendak menghampiri. Menyapa tanaman yang meranggas, tanah cadas, burung - burung terbang kebas.<br />Ah... Teratai putih tetap cantik walaupun matahari mendelik.<br /> "Kau pucat..."<br /> "Kau cokelat..."<br /> "Ini rahasia alam"<br /> "Tapi ini perbedaan"<br /> "Kau tak terima?"<br /> "Lalu Aku harus bagaimana? Pasrah, bijaksana?"<br />Hening. Gamang menyingsing. Mereka telah kehabisan kata - kata untuk saling memuja. Juga telah kehabisan tawa untuk merangkai kisah.<br /> "Kau hanya perlu bersamaku terus seperti ini. Biar saja malam pergi meninggalkan kabut pada pagi. Biar saja Panji Asmoro bangun pergi merantau meninggalkan Dewi Sekartaji. Biar saja hujan tinggalkan dingin, Api tinggalkan panas. Aku akan tetap berdiri di sini. Akar ku kokoh, ranting - ranting ku tak akan patah"<br /> "Maaf..." Kata teratai pelan.<br /> "Untuk apa?"<br /> "Untuk waktu yang berjalan lebih cepat dari pada Kita. Untuk jiwaku yang tak tahan dengan detak - detak jarum jam"<br /><div style="text-align: justify;"> "Aku tak tahu perasaanmu. Sungguhpun Kau bicara dengan nada ragu"<br /> "Karena Aku tak mampu menyampaikannya pada ilalang. Bahwa nurani kita terlalu ringkih menerima takdir dari alam"<br /> "Kenapa ilalang?"<br /> "Karena Ia lebih pantas. Karena Kau dan Ia tak berbeda, hidup di dunia yang sama"<br />Air sungai berubah. Tak setenang seperti tadi. Teratai bergerak - gerak di atas permukaan air.<br /> "Lalu Kau akan menjauhi Ku? Menanam pilu?"<br /> "Telah ku katakan sejak awal bukan? Awal di perbincangan kita. Aku pilu sejak dulu. Sejak Kau masih menjadi bibit. Sejak hujan pun mungkin belum pernah turun dari langit. Waktu tidak hanya bergulir seperti kata - kata. Ia juga penghukum bagi mahluk-Nya yang telah lupa"<br /> "Inikah perpisahan?"<br /> "Siapa yang bisa melawan kehendak Tuhan? Lirih teratai.<br />Dahan pohon memikirkan detik - detik kedepan Ia tak bisa menggugurkan daun - daun hijau ke pangkuan bunga teratai. Itulah kado sederhana yang bisa Ia berikan setiap hari.<br />Juga tak ada lagi cerita tentang lumut- lumut dan lucunya cerita tentang bayi - bayi katak. Pohon akan hidup sendiri, berteman sepi, berkawan perih.<br />Lalu permukaan sungai yang bergoyang jadi gelombang, terus menerus menjadi arus. Bunga teratai putih mengikutinya sampai jauh. Meninggalkan pohon kekar yang kini harapannya terkapar. Diiringi siang yang hengkang, petang membayang.<br />dari jauh terdengar suara teratai menangis, suka telah habis.<br /></div></div>Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-39870147350368578352009-10-18T23:12:00.001-07:002012-03-29T06:45:45.360-07:00उन्तुक ZirbadDulu yang diberikan berlapis - lapis Satin hijau<br />Dipintal dengan air mata peluh<br />Kembang - kembang pengorbanan<br />Mekar...<br />Di sana ada tangis, canda, dan marah menyala;<br />"Ini untuk isteri dan Anak - anakku" Katanya<br />Di bawah terik,<br />Di balik si biru telanjang yang duduk di kursinya<br />Menyaksikan mega - mega menari<br />Putih atau hitam<br />Ia tetap congkak<br /><br />Apalagi yang lebih mengesankan daripada itu?<br /><br />Zamrud yang tergelar cantik?<br />Air yang mengalir dari jejalan pasak - pasak?<br /><br />Kita sekarang hanya menyaksikan dari puing - puing mereka<br />Pernah menghitung ada berapa jurang kesombongan yang menganga?<br /><br />Tidak!<br />Jika "ia" masih tinggi didewakan<br /><br />Ini hanya sepenggal doa<br />Untuk Zirbadku...Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-25598635701053580572009-10-16T02:39:00.001-07:002012-03-29T06:04:59.053-07:00Cerita dua Kelinci"Wortel rasanya lebih enak" Kelinci putih mengibaskan kepalanya yang dipenuhi bulu lembut. Siapa yang tidak gemas padanya ? Ia tampan, bersih dan tampak terawat. Senyumnya pun yang bergigi sulang dua juga menggoda.<br /> Ia melompat kesana - kemari dengan congkakya. Rumput - rumput layu yang terserak di hadapannya diacuhkan. Melihat pun enggan.<br /> " Tapi rumput juga enak. Dijamin Kau tidak akan lapar lagi. Coba cicipi dulu" Kelinci abu - abu ikut melompat di belakang kelinci putih Tapi ternyata nasibnya sama seperti rerumputan. Diacuhkan.<br /> Memang sih bulu abu -bunya tidak begitu menarik, tidak rapi, tidak juga bersih. Matanya sayu karena sering kurang makan. Tapi lompatannya tidak kalah lincah dengan si putih. Hanya itu yang bisa Ia banggakan. Tapi selain itu Ia juga kelinci yang baik hati. Buktinya Ia telah bersedia menolong kelinci putih yang tersesat di tengah hutan.<br /> "Kau tahu kalau itu bukan seleraku? Aku hanya ingin wortel"<br /> "Tapi hanya ini yang aku punyaCitrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-3852418219012647552009-10-15T22:38:00.003-07:002012-03-29T06:50:11.475-07:00Nyanyian Perahu TuaGerimis menggantung<br />Di kelopak mata nan sendu<br />Ketika masa masih bernyanyi<br />Sumbang...<br />Taman-taman persegi kering<br />Menguning karena tak diairi<br />Pemberian Ia,<br />Pada kita<br /><br />Sementara,<br />Cawan - cawan kenikmatan<br />Disuguhkan di atas meja besar, kekar<br />Madu, anggur, susu;<br />Pemabuk menggelepar<br />Menyisakan tawa, busa;<br /><br />Itu sebuah tanda tanya bukan?<br />Bagi perahu - perahu tak berpalka<br />Di tengah lautan berbau garam,<br />Berderai ombak<br />Berbagi sisa badai yang telah berlalu<br />Sambil menunggu<br />Pasang waktu;Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-66316676666901676212009-10-13T20:57:00.001-07:002012-03-29T06:51:31.603-07:00SerdaduSeribu<br />Miris berbaris<br />Lunglai kelaparan<br />Menunggu dedaunan gugur<br />Getar - getir merayu bumi<br />Peluh membasahi kalbu<br />Sepekat riak malam<br />Tapi di jembatan bunga singgah<br />Membawa sekeranjang buah - buah segar<br />Berulat namun manis<br />Menggoda...<br />Sampai camar - camar berlalu ke pantai<br />Di ambang petang<br />Meledak,<br />Bersimbah air merah,<br />Menyeruak bau amis,<br />Serdadu telah berperangCitrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-89821349867443831122009-10-06T22:49:00.001-07:002012-03-29T06:51:48.418-07:00Pertanyaanku yang PertamaSeperti Apa?<br />Adakah Ia insan yang hangat ruam seperti darahku?<br />Segar merona bak pesisir putih?<br />Elok menggugah layaknya telaga jernih?<br />Dan harum aroma langkahnya<br /><br />Seperti Apa?<br />Adakah Ia seorang hamba yang abdi?<br />Bukan musafir ringkih yang mencari peristirahatan<br />Ketika petang berkobar nanar<br /><br />Aku tak ingin apa - apa...<br />Hanya ingin insan pemuja<br />Kidung-Mu,<br />Isyarat-Mu,<br /><br />Aku tak ingin apa - apa...<br />Hanya ingin berbaur dengan kerinduanku<br />Yang menjadikan estetis rasa ini<br />Nyata singgahi dunianyaCitrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-23917825462941220222009-10-06T22:36:00.001-07:002012-03-29T06:52:25.998-07:00LarutGetir, bersayap......<br />menanam ke setiap urat yang mengalir energi<br />Dari nurani<br /><br />Melayang lalu merangkak<br />Benamkan puing - puing asa yang terkunci<br /><br />Jauh Aku aku ke dalam egomu<br />Sejak pias - pias pagi menyelinap<br /><br />Lalu pergi.............<br />Meranggas sepi..............Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-77242361305783028212009-10-06T22:30:00.001-07:002012-03-29T06:04:00.336-07:00DiamHanya menutup suara kalbu<br />Hanya menyimpan kawah - kawah kesombongan<br /><br />Bagaimana merajut harmoni jika apatis<br />Yang Kau suguhkan?<br /><br />Jangan bicara tentang pujangga jika kata berhenti di bibirmu...Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-35189260533474058412009-09-29T21:00:00.001-07:002012-03-29T06:53:16.913-07:00<div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">Bicara tentang Wanita</span><br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Katanya Wanita adalah simbol kelembutan dan keindahan. Seseorang yang hangat seperti mentari yang selalu dibutuhkan keberadaannya dalam sebuah keluarga. Banyak yang bilang I a lemah, Ia adalah mahluk yang seharusnya tunduk dengan kaidah - kaidah yang sudah ditentukan, dan Ia diciptakan sebagai pendamping dan pengabdi. Lalu terlepas dari semua itu apa jadinya dunia tanpa seorang wanita ?<br /><br />Ketulusan mereka yang tanpa pamrih dan juga pengorbanan besar yang mereka berikan seharusnya mengingatkan kita bahwa Wanita bukan sekedar sebagai mahluk Tuhan yang diciptakan untuk mampu bertahan hidup dengan tanggung jawab besar. Sebagai seorang anak yang harus patuh pada orang tuanya, sebagai seorang dara yang wajib menjaga kehormatannya, atau sebagai seorang isteri yang harus patuh dan setia kepada suaminya. Labih dari itu, keharusan seseorang menghargai seorang wanita karena mereka adalah pejuang - pejuang Tuhan yang sanggup memberikan sebuah kehidupan di atas bumi ini.<br /><br />Benarkah kehidupan wanita selalu dekat dengan sebuah pertaruhan ? Jika kita memandang seorang wanita sebagai seorang Ibu, mungkin ada satu pertanyaan di benak kita. Pernah berpikir apa yang dirasakan oleh seorang Ibu ketika mereka sedang melahirkan seorang anak ? Sebagian orang berpendapat kalau melahirkan hanya sebuah rasa sakit. Ada juga yang berpendapat kalau setiap wanita pasti merasakan melahirkan seorang anak, karena itu sudah menjadi kodrat mereka. Jawaban - jawaban klise seperti itu kerap kita dengar dari siapa saja. Tapi sebetulnya mereka tidak mengerti bahwa melahirkan berarti memberikan sebuah kehidupan baru pada dunia.<br /><br />Para Ibu membesarkan anak - anak mereka dengan penuh kasih sayang, membekali mereka dengan pendidikan dan membuat mereka menjadi orang - orang hebat dan bermanfaat di tengah - tengah masyarakat. Jangan lupa kalau banyak seorang Ibu yang telah melahirkan seorang Dokter, pejabat bahkan seorang Presiden.<br /><br />Lalu apakah wanita telah mendapatkan keadilan yang hakiki ? Dulu lahir sebuah revolusi. Emansipasi wanita digemakan di tengah - tengah keterpurukkan zaman. Raden Ajeng Kartini mengumbar ideologinya sebagai anak bangsa yang memperjuangkan hak - hak para wanita Indonesia. Mereka (Para wanita) akhirnya dapat lega dan berbahagia karena tak perlu ragu mensejajarkan status mereka dengan kaum adam. Toh wanita kini bukanlah mahluk yang selalu tunduk pada laki - laki. Mereka bisa berkarya, meraih cita - cita, dan berhak menentukan jalan hidup mereka sendiri. Dulu sekali para wanita telah meraih kemerdekaan. Tapi apa wanita benar - benar telah merdeka ?<br /><br />Kehormatan wanita di mata dunia masih dipertanyakan. Kenyataannya masih banyak orang yang memperlakukan wanita dengan tidak semestinya. Pergeseran nilai di era globalisasi dewasa ini dialaskan sebagai alat oleh sebagian oknum untuk menegasikan eksistensi martabat dan kehormatan seorang wanita di tengah masyarakat. mulai dari penganiayaan, kekerasan dalam rumah tangga, poligami tanpa aturan, kawasan prostitusi yang semakin melebar, jual beli perempuan yang semakin merebak, pemerkosaan, eksploitasi dan lain sebagainya.<br /><br />Lalu hadirlah pembelaan besar - besaran. Beragam artikel, opini, film - film, diskusi, organisasi masyarakat yang mengangkat dan mengatasnamakan perempuan merebak di kalangan masyarakat global. Mereka yang sepertinya berlomba - lomba untuk menjadi pahlawan kedua setelah Kartini bermunculan. Tapi apa yang terjadi ?<br /><br />Bisa dirasakan hingga kini. Wanita tetaplah wanita. Meski telah memiliki pembelaan, nasib mereka tetap tak berubah dari zaman ke zaman. Wanita tetap cenderung dianggap lemah dari pada laki - laki. Lalu bagaimana masa depan para wanita di bumi ini ? Cerakah, atau suramkah ? Bicara tentang wanita adalah sebuah perjalanan panjang yang entah kapan akan berakhir.<br /></div>Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-75390306423588197342009-08-19T22:17:00.002-07:002012-03-29T07:01:07.398-07:00.......... dari Kegelapan<br /><br />Menengadah memandang pagi yang pucat<br />Melepas separuh penat yang memasung kalbuku<br />Jika itu sebuah pertanda akhir dari perjamuan kita<br />Tentu akan ku titipkan kesedihan ku di ujung rindu<br />Adakah Kau bertanya mengapa air mata seketika merebak?<br />Bahkan ditengah – tengah genderang kebahagian bertalu<br />Adakah Kau bertanya mengapa kita kini terhampar di atas pantai kepedihan ?<br />Sedang ombak kenikmatan bergulung meraih hati kita yang kesepian<br /><br />Kau tak pernah bertanya<br />Tidak, hingga saat ini......<br /><br />Kau biarkan duka – duka mengalir dalam nadi kita<br />Sejak gelenyar cinta kasih pergi entah kemana<br />Merobek secarik tawa<br />Bahkan sulit kita lakukan<br />Ingin Kau Sampai kapan?<br />Kau pernah bilang begitu<br />Saat Aku berjuang dengan rasa sakit ini<br />Saat Aku berjuang membuat kenangan kita tidak usang di ingatan<br />Saat Aku berjuang berpijak di atas bumi yang berkerikil<br />Sendirian.....<br />Haruskah Aku jawab?<br />Kau, hanya sebuah siluet dalam malam yang tak berbentuk<br />Kau tidak bersamaku<br />Karena Kau hanya sehela nafas<br />Yang hanya ada ketika Aku hidup<br /><br />Jika Kau telah siap<br />Aku ingin Kau bertanya<br />”Mengapa kita masih berada dalam ruang – ruang gelap?”Citrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5073563046533170596.post-77535206240273641962009-08-19T21:50:00.001-07:002012-03-29T07:01:49.280-07:00Sejenak SajaSejenak saja,<br />Aku ingin tersenyum memandang dunia<br />Bentangan sang biru dan dedaunan yang hijau jatuh<br />Keindahan yang berharga<br />Membasuh kebekuan hati di ujung perih<br /><br />Karena...<br />Aku adalah kayu yang rapuh<br />Terpangkas oleh keberingasan dunia<br />Dan orang menatapku nanar<br />Melenggang dengan ludah berbuih<br />Lembar demi lembar mega memang buram<br />Jatuhpun air murninya ke kalbuku<br />Takkan mampu mengusir perih<br /><br />Sedangkan aku rumah tua tak berpilar<br />Hingga di batas Karinduanku pada-Nya<br />yang menghadirkan sang Nur dalam jasad<br />Aku tersadar...<br /><br />Tapi...<br />siapa aku ?<br />Apakah aku ?<br />Pantaskah aku ?<br /><br />Kemarin,<br />Alam mungkin bersorak mencemooh<br />Caci mereka sama seperti riak air<br />Dan ketika itu aku tersudut di ruang tak berpintu<br /><br />Sejenak saja,<br />Aku ingin tertawa hingga mengcakrawala<br />Mengusung kerinduan bersama burung – burung<br />Berlari mengejar debur ombak dan karang yang menyambut di tepian<br />Kesejukan yang bermakna<br />Yang mungkin mampu mengembalikan sukmaku yang utuh<br />Adakah Kegembiraan itu ?<br />Abadi dan tanpa pamrih ?<br /><br />Sejenak saja,<br />Di ujung usiaku<br />Di batas jalan tuaku<br />Aku ingin mengusir Pedih<br />Yang lama Tak beranjak dari hatiCitrahttp://www.blogger.com/profile/12725029919765282447noreply@blogger.com0