My Season

Jumat, 09 April 2010

Sebilah Waktu

Lalu untuk apa lagi diri ini hidup ?
Bila sampai kata tak terucap
Sampai tangan tak terulur
Sampai kaki tak terpijak

Biarlah desah durja ini direbah
Tuk apalah Ia tegak
sepi beriring geliat duka
yang mengalir dari renyai pelupuk keriput

dan memang telah datang gelenyar dingin mengiris
seloroh masa yang tertunda berabad - abad
cerita tentang kelana dua hamba
merekalah kita..

dan memang telah datang pekik getir memetir
menyambar rindu pekat yang menyentak ulu hati
saat menyusun bait - bait epilog tanpa makna
sekelebat disibak, tampaklah wajah kita..

Tapi bukankah malam memang belum datang bertandang ?
Mengapa gelapnya menetak lekatnya sesak ?
memasung kata 'rindu' di ujung lidahku
menyairkan sajak pilu di depan nisanmu

Kita tinggal mengurai dengki kawan
Melihat kumbang yang dapat bercumbu dengan 'si kembang'
Melihat hujan yang dapat memeluk 'sang bumi'
Menghitung prakata yang terucap dari bibir takdir
Hingga nafas kita terhalang dinding waktu
Lalu geramnya membuat ragamu membatu

Saat kawan...
Di akhir petang ketika ku telan sisa pias senja
Di ujung fajar ketika ku raih kabut tebal

Di sana kau biarkan gerikkmu tertinggal
senyummu membekas
tawamu tergema

Di sana pula kau bicara

"Sekarang hanya tinggal sebilah waktu
Untukmu..."

5 komentar:

Gen mengatakan...

wow, puisinya bagus, bagus nih...!

Salam puisi.. :D

Unknown mengatakan...

wew, kata2nya berat nih
puisi tingkat tinggi
bagus bgt :D

Arjuna mengatakan...

Puisimu indah sahabat,
sebilah waktu dari sepenggal kisah

dari detik,dan menit yg begitu merekam setiap kenangan yg bergulir disisi kita,,

nice, suka,,

salam ,langit..

harto mengatakan...

waaah puisinya bagus beneer niiih, kata2nya begitu mengasyikkan.

Citra mengatakan...

Terimakasih komentarnya teman-teman....

jadi semangat berkarya...

-salam puisi-