My Season

Jumat, 30 Maret 2012

Aku ingin memulai semuanya dengan satu tarikan nafas
Ku buka ruang - ruang hatiku saat kusambut para tamu dari alam
Senyum dedaunan dan ranting
Desir angin yang merdunya menggairahkan

Aku benar - benar rindu pada mereka

Aku ingin memulai semuanya dengan gelenyar kebahagiaan
Menoreh cinta biru dalam iman yang telah lama usang

Akan kubangun pilar - pilar di kalbuku
Hingga suatu hari nanti
Aku akan berdiri sendiri

Rabu, 09 Februari 2011

Bisnis Online tanpa modal (cuma modal klik)

Banyak Masyarakat yang menilai bahwa bisnis online di internet itu tidak nyata. Tidak sedikit rekan - rekan Netter yang tertipu dengan iming - iming bisnis online yang menjanjikan penghasilan jutaan sampai milyaran rupiah hanya dalam waku yang singkat. Sangat mustahil memang jika kita pelajari dengan seksama. Namun apa sebenarnya bisnis online itu? Bagaimana cara menjalankannya dan bagaimana agar kita tidak sampai tertipu ?


Sesuai dengan namanya, Bisnis Online adalah sebuah bisnis yang dijalankan secara online atau melalui jaringan internet. Kini telah banyak bisnis Online yang beredar di internet, mulai dari PTC (Paid to Click), PPC (Paid per Click), Bisnis Investasi, Program Affiliasi, MLM Online. sampai menjadi Reseller produk yang dijual orang lain di Internet. Kamu bisa memilih salah satunya, contoh yang paling simple dan tidak membutuhkan modal serta keahlian khusus adalah mengikuti program PTC (Paid to Click). PTC adalah sebuah Website yang membayar membernya dengan cara mengklik iklan yang tersedia di Website tersebut. Tarifnya sendiri bermacam- macam, mulai dari Rp. 100,- / klik sampai Rp. 500,- / klik, tergantung dari PTC yang kamu ikuti. Biasanya member mengupgrade posisinya menjadi member premium untuk mendapatkan penghasilan yang lebih banyak atau bisa juga dengan mencari refferal sebanyak - banyaknya. Dengan begitu komisi yang didapatkan pun semakin bertambah.

Perhitungan penghasilan mengikuti program PTC (Paid to Click) :
jika tarif periklan Rp. 100,- / klik
10 iklan perhari x Rp. 100,- = Rp. 1.000,-
1 orang refferal 10 x Rp. 50,- = Rp. 500,-
Rp. 1.500 x 30 hari : Rp 45.000,- / bulan
(perhitungan mengikuti 1 PTC, 1 orang Refferal dengan tarif iklan standard)
Jika kamu mengikuti 10 PTC maka :
Rp. 45.000 x 10 = Rp. 450.000 perbulan

Lumayan kan buat uang jajan, itu baru perhitungan 10 PTC saja, sedangkan sekarang ada ribuan PTC Lokal di Indonesia dengan tarif yang beragam yang bisa kamu ikuti. Namun hati - hati dengan PTC yang dinyatakan Scam (PTC yang terbukti tidak membayar membernya)

Berikut adalah daftar PTC terpercaya yang bisa kamu ikuti :


Lalu jika Kamu memiliki Blog atau website sendiri kamu juga bisa menghasilkan uang dari blog atau website kamu tersebut. Caranya dengan mengikuti program PPC (paid per Click)

Senin, 20 Desember 2010

Bersama Indah Lembayung yang menudungi hati
Ditawarkan kesegaran dari kejernihan pribadi
Dirimu,
Yang Aku kagumi...

Bersama kepenatan yang mengikat sanubari
Direbahkan tempat sandar nan nyaman menenangkan
Senyumu
yang menghangatkan...



Sepintas...
Nafas membekas..
Menorehkan sebuah kata yang membuat Aku tersipu..
"Rindu"

Sekilas...
Remah ragu meranggas...
Merangkum bait - bait semilir angin yang besenadung tentang "Kita"
"Cinta"

Minggu, 14 November 2010

Putik yang ingin kembang

Hingga berlalu ke akhir musim
Kumbang tak kunjung hadir
menengadah ke titik mendelik di cakrawala
diri sendiri di padang nan suram

Ilalang telah membenarkan bahasa bumi
yang sebenarnya berkata
"bergoyanglah engkau untuk merayu alam, jangan penat sentak kalbumu"
Diri makin merunduk, melihat ilalang tegar melenggang

Sedang...
Semakin dalam sedih perih menyulut dedaunan-ku
Semakin pedas dirasa sengatan surya hingga ke lubuk akarku
Aku merawat kegalauan tak henti-henti
Tak tahu bagaimana berhenti
Tak ada petunjuk bagaimana ku usir pergi...


Jumat, 09 April 2010

Sebilah Waktu

Lalu untuk apa lagi diri ini hidup ?
Bila sampai kata tak terucap
Sampai tangan tak terulur
Sampai kaki tak terpijak

Biarlah desah durja ini direbah
Tuk apalah Ia tegak
sepi beriring geliat duka
yang mengalir dari renyai pelupuk keriput

dan memang telah datang gelenyar dingin mengiris
seloroh masa yang tertunda berabad - abad
cerita tentang kelana dua hamba
merekalah kita..

dan memang telah datang pekik getir memetir
menyambar rindu pekat yang menyentak ulu hati
saat menyusun bait - bait epilog tanpa makna
sekelebat disibak, tampaklah wajah kita..

Tapi bukankah malam memang belum datang bertandang ?
Mengapa gelapnya menetak lekatnya sesak ?
memasung kata 'rindu' di ujung lidahku
menyairkan sajak pilu di depan nisanmu

Kita tinggal mengurai dengki kawan
Melihat kumbang yang dapat bercumbu dengan 'si kembang'
Melihat hujan yang dapat memeluk 'sang bumi'
Menghitung prakata yang terucap dari bibir takdir
Hingga nafas kita terhalang dinding waktu
Lalu geramnya membuat ragamu membatu

Saat kawan...
Di akhir petang ketika ku telan sisa pias senja
Di ujung fajar ketika ku raih kabut tebal

Di sana kau biarkan gerikkmu tertinggal
senyummu membekas
tawamu tergema

Di sana pula kau bicara

"Sekarang hanya tinggal sebilah waktu
Untukmu..."

Selasa, 02 Februari 2010

Sandiwara

Sendu kala itu
Berlatar tirai lusuh, kumal
Berlampu usang temaram
Kertas - kertas naskah
di genggamanmu;

Kau ciptakan sedih
Kau ciptakan tawa
Kau ciptakan murka;
Tak ada kata - kata
Dialog cerita
Hanya mimik yang bicara
Semaunya...

Di atas panggung itu
Berlakon...

Tidak menunggu tepuk riuh
Atau air mata penonton
Atau gempita suasana

Kau hanya menunggu lampu padam
Tanda cerita telah usai
Keinginanmu...

Senin, 26 Oktober 2009

Perbincangan Terakhir

"Selamat pagi teratai putih, Kau masih tergenang muram"
"Selamat pagi dahan pohon, daun - daun mu gugur tanpa kesan"
Di tepi sungai jernih yang sepi, sunyi. Bayi - bayi burung menangis di batang - batang meranti, nyaris tenggelam bisikan angin dari Timur ke Barat atau dari Utara ke Selatan. Cerah, segar, bergairah.
"Aku pilu..." Kelopak teratai gemetar
"Aku rindu..." Dahan berderak
"Telah ku titipkan pedihnya lewat rerumputan di sekitar kita"
"Tapi telah ku siarkan pula ke seluruh penjuru. Melalui pegunungan, air terjun , kebun - kebun, bukit barisan, para pengembara, para pemburu, para pendaki, sampai ikan - ikan kecil, kepiting dan lumba - lumba tahukah Kau?"
"Aku tahu" Kata teratai pelan.
"Tidak, tidak. Tetes embun telah membasahi tubuh kita pagi ini. Jangan tambah lagi dengan air mata mu"
Teratai menepi menjauhi riak air. Pagi mulai berlari, siang hendak menghampiri. Menyapa tanaman yang meranggas, tanah cadas, burung - burung terbang kebas.
Ah... Teratai putih tetap cantik walaupun matahari mendelik.
"Kau pucat..."
"Kau cokelat..."
"Ini rahasia alam"
"Tapi ini perbedaan"
"Kau tak terima?"
"Lalu Aku harus bagaimana? Pasrah, bijaksana?"
Hening. Gamang menyingsing. Mereka telah kehabisan kata - kata untuk saling memuja. Juga telah kehabisan tawa untuk merangkai kisah.
"Kau hanya perlu bersamaku terus seperti ini. Biar saja malam pergi meninggalkan kabut pada pagi. Biar saja Panji Asmoro bangun pergi merantau meninggalkan Dewi Sekartaji. Biar saja hujan tinggalkan dingin, Api tinggalkan panas. Aku akan tetap berdiri di sini. Akar ku kokoh, ranting - ranting ku tak akan patah"
"Maaf..." Kata teratai pelan.
"Untuk apa?"
"Untuk waktu yang berjalan lebih cepat dari pada Kita. Untuk jiwaku yang tak tahan dengan detak - detak jarum jam"
"Aku tak tahu perasaanmu. Sungguhpun Kau bicara dengan nada ragu"
"Karena Aku tak mampu menyampaikannya pada ilalang. Bahwa nurani kita terlalu ringkih menerima takdir dari alam"
"Kenapa ilalang?"
"Karena Ia lebih pantas. Karena Kau dan Ia tak berbeda, hidup di dunia yang sama"
Air sungai berubah. Tak setenang seperti tadi. Teratai bergerak - gerak di atas permukaan air.
"Lalu Kau akan menjauhi Ku? Menanam pilu?"
"Telah ku katakan sejak awal bukan? Awal di perbincangan kita. Aku pilu sejak dulu. Sejak Kau masih menjadi bibit. Sejak hujan pun mungkin belum pernah turun dari langit. Waktu tidak hanya bergulir seperti kata - kata. Ia juga penghukum bagi mahluk-Nya yang telah lupa"
"Inikah perpisahan?"
"Siapa yang bisa melawan kehendak Tuhan? Lirih teratai.
Dahan pohon memikirkan detik - detik kedepan Ia tak bisa menggugurkan daun - daun hijau ke pangkuan bunga teratai. Itulah kado sederhana yang bisa Ia berikan setiap hari.
Juga tak ada lagi cerita tentang lumut- lumut dan lucunya cerita tentang bayi - bayi katak. Pohon akan hidup sendiri, berteman sepi, berkawan perih.
Lalu permukaan sungai yang bergoyang jadi gelombang, terus menerus menjadi arus. Bunga teratai putih mengikutinya sampai jauh. Meninggalkan pohon kekar yang kini harapannya terkapar. Diiringi siang yang hengkang, petang membayang.
dari jauh terdengar suara teratai menangis, suka telah habis.