My Season

Senin, 20 Desember 2010

Bersama Indah Lembayung yang menudungi hati
Ditawarkan kesegaran dari kejernihan pribadi
Dirimu,
Yang Aku kagumi...

Bersama kepenatan yang mengikat sanubari
Direbahkan tempat sandar nan nyaman menenangkan
Senyumu
yang menghangatkan...



Sepintas...
Nafas membekas..
Menorehkan sebuah kata yang membuat Aku tersipu..
"Rindu"

Sekilas...
Remah ragu meranggas...
Merangkum bait - bait semilir angin yang besenadung tentang "Kita"
"Cinta"

Minggu, 14 November 2010

Putik yang ingin kembang

Hingga berlalu ke akhir musim
Kumbang tak kunjung hadir
menengadah ke titik mendelik di cakrawala
diri sendiri di padang nan suram

Ilalang telah membenarkan bahasa bumi
yang sebenarnya berkata
"bergoyanglah engkau untuk merayu alam, jangan penat sentak kalbumu"
Diri makin merunduk, melihat ilalang tegar melenggang

Sedang...
Semakin dalam sedih perih menyulut dedaunan-ku
Semakin pedas dirasa sengatan surya hingga ke lubuk akarku
Aku merawat kegalauan tak henti-henti
Tak tahu bagaimana berhenti
Tak ada petunjuk bagaimana ku usir pergi...


Jumat, 09 April 2010

Sebilah Waktu

Lalu untuk apa lagi diri ini hidup ?
Bila sampai kata tak terucap
Sampai tangan tak terulur
Sampai kaki tak terpijak

Biarlah desah durja ini direbah
Tuk apalah Ia tegak
sepi beriring geliat duka
yang mengalir dari renyai pelupuk keriput

dan memang telah datang gelenyar dingin mengiris
seloroh masa yang tertunda berabad - abad
cerita tentang kelana dua hamba
merekalah kita..

dan memang telah datang pekik getir memetir
menyambar rindu pekat yang menyentak ulu hati
saat menyusun bait - bait epilog tanpa makna
sekelebat disibak, tampaklah wajah kita..

Tapi bukankah malam memang belum datang bertandang ?
Mengapa gelapnya menetak lekatnya sesak ?
memasung kata 'rindu' di ujung lidahku
menyairkan sajak pilu di depan nisanmu

Kita tinggal mengurai dengki kawan
Melihat kumbang yang dapat bercumbu dengan 'si kembang'
Melihat hujan yang dapat memeluk 'sang bumi'
Menghitung prakata yang terucap dari bibir takdir
Hingga nafas kita terhalang dinding waktu
Lalu geramnya membuat ragamu membatu

Saat kawan...
Di akhir petang ketika ku telan sisa pias senja
Di ujung fajar ketika ku raih kabut tebal

Di sana kau biarkan gerikkmu tertinggal
senyummu membekas
tawamu tergema

Di sana pula kau bicara

"Sekarang hanya tinggal sebilah waktu
Untukmu..."

Selasa, 02 Februari 2010

Sandiwara

Sendu kala itu
Berlatar tirai lusuh, kumal
Berlampu usang temaram
Kertas - kertas naskah
di genggamanmu;

Kau ciptakan sedih
Kau ciptakan tawa
Kau ciptakan murka;
Tak ada kata - kata
Dialog cerita
Hanya mimik yang bicara
Semaunya...

Di atas panggung itu
Berlakon...

Tidak menunggu tepuk riuh
Atau air mata penonton
Atau gempita suasana

Kau hanya menunggu lampu padam
Tanda cerita telah usai
Keinginanmu...